Berempati Menentramkan Hati
Berempati Menentramkan Hati
Islampos / / 3 hari yang lalu

Oleh : Ade Junaedi
KETIKA rasa berduka mengampiri, yang dibutuhkan adalah seseorang yang berempati. Sikap empati yang diberikan, akan membawa semangat baru untuk meneruskan kehidupan.Dan ketika dibagi rasa suka, seseorang yang berempati akan menambah rasa bahagia bagi yang memberi. Dengan berempati seseorang bersedia larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka, dan seolah-olah merasakan atau mengalami apa yang dirasakan atau dialami oleh orang tersebut. Empati merupakan kelanjutan dari sikap simpati, yaitu perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpati.
Hidup saling berempati, menciptakan keharmonisan antar sesama mahkluk hidup dan menjadi dambaan bagi setiap manusia. Sikap empati tidakdatang sendiri dalam diri manusia. Ada dan tumbuhnya sikap empati, karena seringnya seseorang melatih diri. Bermula dari rasa simpati, kepedulian lebih terhadap sesama. Kemudian rasa tersebut menggerakan hasrat untuk menolong dan melakukan tindakan.
Tanpa batas waktu, tanpa batas usia dan dimanapun keberadaanya, seseorang mampu melatih diri untuk bersikap empati. Belajar bersikap empati yang sederhana dimulai dari lingkungan keluarga sendiri. Seorang anak seharusnya memiliki pemikiran bahwa beban orangtua adalah beban anak juga. Dengan demikan anak tidak akan melakukan tindakan yang mampu memberatkan kehidupan orangtua. Begitu pula dengan orantuanya, senantiasa memberikan ilmu tentang kepedulian atau empati kepada anaknya. Mulai dari masalah pekerjaan dalam rumah tangga sampai masalah keuangan.
Anak berusia balita, tidak harus terus dilayani. Arahkan mereka untuk mengambil sendiri apa yang dia inginkan. Orangtua memancingnya dengan menyimpan sesuatu yang diinginkan anaknya di tempat yang mudah untuk dijangkau. Begitu pula terhadap anak yang baru menginjak masa remaja. Pendidikan ilmu agama lebih diperdalam lagi. Berhati-hatilah dengan prilaku orangtua, sebab prilakunya menjadi tuntunan prilaku anaknya yang masihremaja.
Dalam lingkungan bermasyarakat. Bila iman dan ilmu tidak sejalan dengan baik, sikap empati mampu tertepi. Pemicunya adalah tingkat perekonomian yang beragam dan karakter manusia yang berbeda-beda. Dari ucapan yang semula hanya sekedar gurauan, timbul menjadi persaingan. Persaingan menjadi berkembang, bukannya hanya sekedar sindiran lewat ucapan, melainkan berlomba-lomba memamerkan kekayaan.Persaingan sering melanda hati yang mudah tersulut emosi.
Manusia yang jauh dari sikap empati akan menjadi sosok manusia yang arogan. Dimanapun keberadaannya akan menimbulkan masalah. Cara berpikirnya hanya untuk memenuhi kepuasan kepentingan pribadinya, tanpa memperdulikan kepetingan orang lain. Mari kita sedikit mengusik kejadian-kejadian yang pernah menimpah masayarakat akibat perbuatan seseorang atau sekelompok orang.
Pembakaran hutan di kepulauan Sumatra dan Kalimantan yang menyebabkan udara menjadi tercemar. Peristiwa tersebut berbulan-bulan menyiksa masyarakat di kedua pulau tersebut. Peristiwa kendaraan mewah yang beraduh kecepatan dijalanan umum di kota Surabaya, yang mengakibatkan beberapa pengguna jalan meninggal dunia. Terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut disebabkan oleh prilakunya yang mempertontonkan kekuatan yang disertai dengan sikap arogan.
Berempati menjauhkan prasangka buruk di hati orang kurang beruntung. Dengan tidak mempertontonkan secara tidak sopan apa yang dipunyai, orang akan memberi nilai kebaikan bahkan bisa dijadikan teladan. Bersikap membumi, harga diri tidak akan terinjak. Kepemilikanmu, ada kepemilikan orang lain. Merasa ingin diperdulikan orang lain, sepatutnyalah memperdulikan dulu orang lain.
Bersikap empati mampu menentramkan hati pribadi dan hati orang-orang yang mengelilingi. Dengan sendirinya keharmonisan antar manusia terjadi. Sebuah dambaan insan yang berbudi.[]
Redaktur: Hidayatusaadah
Comments